Saat
ini jamur bukan lagi menu asing bagi sebagian banyak orang. Hampir
setiap rumah makan saat ini menyediakan berbagai menu olahan jamur. Selain
karena rasanya yang tak kalah enak, kandungan yang dimiliki jamur juga sangat
baik untuk kesehatan. Bahkan saat ini jamur mulai diolah sebagai sayuran pengganti daging seperti steak,
bakso, mie dan sebagainya. Namun disamping itu jamur tidak mendapat perhatian
yang cukup dari para petani padahal jamur memiliki prospek yang baik bagi dunia
pertanian. Apalagi saat ini jamur semakin digemari seiring maraknya trend vegetarian.
Penduduk Indonesia yang saat ini
berjumlah ratusan juta, merupakan pasar yang sangat besar untuk pemasaran jamur
konsumsi. Terlebih lagi, jika budaya mengonsumsi jamur bisa dikembangkan seperti
di negara-negara maju yang masyarakatnya sudah sangat menggemari masakan dari
jamur. Menurut data yang dibuat BPS (Badan Pusat Statistik), konsumsi sayur
masyarakat Indonesia pada tahun 2002 tercatat sebesar 30,8 kg/kapita/tahun.
Badan kesehatan dunia (FAO) menyatakan bahwa jumlah konsumsi sayuran untuk memenuhi
standar kesehatan adalah sebesar 65 kg/kapita/tahun. Dari kedua data tersebut
terlihat bahwa konsumsi sayur masyarakat Indonesia belum separuhnya dari
rekomendasi FAO.
Kapanlagi.com
juga melansir bahwa pasar jamur dunia sangat besar, namun Indonesia yang
memiliki keanekaragaman hayati sangat tinggi hanya mampu memasok 0,9% saja dari
pasar dunia, angka tersebut sangat kecil jika dibanding dengan China yang
memasok 33,2% Pasar jamur dunia. Padahal kondisi alam di Indonesia tidak kalah
dengan China. Kondisi inilah yang menjadikan peluang usaha jamur konsumsi di
dalam negeri masih sangat terbuka lebar. Padahal kondisi alam Indonesia cukup
mendukung untuk budidaya jamur.
Lalu bagaimana sebenarnya budidaya
jamur itu??
Beberapa jamur yang sering
dibudidayakan karena aman dimakan manusia bahkan beberapa dianggap berkhasiat
obat, seperti jamur merang (Volvariela volvacea), jamur tiram (Pleurotus),
jamur kuping (Auricularia polytricha), jamur kancing atau champignon (Agaricus
campestris) dan jamur shiitake (Lentinus edulis).
Budidaya jamur memang tidak terlalu
sulit. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu pemilihan lokasi yang
memiliki unsur nutrisi seperti senyawa karbon, vitamin, nitrogen dan mineral
serta tempat yang memiliki kelembaban berkisar antara 60-70%. Tempat-tempat
tersebut bisa kita temukan banyak di Indonesia seperti Bandung, Bogor, Malang
dan beberapa tempat lainnya. Lahan penanaman di Indonesia memang banyak
tersedia dan ini bisa memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Sedangkan
bahan-bahan untuk penanaman jamur juga relatif mudah seperti : serbuk kayu, kapur,
kayu, bakar, plastik, cincin baglog, dan kapas/kertas koran. Kita bisa lihat
seperti dibawah ini budidaya jamur sangat mudah karena tidak membutuhkan pupuk
atau pakan obat-obatan bahkan waktu panennya lebih singkat.
Filosofi
dari industri makanan dan minuman mengatakan bahwa “Semua makhluk hidup membutuhkan
makanan”. Disamping ledakan penduduk yang terjadi manusia tentunya juga akan
semakin membutuhkan banyak makanan dan jamur merupakan salah satu sayuran
alternatif yang tidak hanya bergizi tapi juga berkhasiat sebagai obat-obatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar